Pertanyaan kenapa belum menikah sebenarnya memiliki kadar yang sama dengan pertanyaan serupa yang lain. Misalnya: kenapa belum makan? Kenapa belum mandi? Kenapa belum mati? Eh. Serius. Susunan kalimatnya sama. Kata tanya di depan menanyakan alasan, dan kata kerja di akhir pertanyaan. Apa bedanya?
Ada banyak perbedaan dari pertanyaan serupa di atas. Pertama
adalah perasaan orang yang ditanya. Saat ditanya kenapa belum makan, orang bisa
dengan mudah menjawab. Mungkin belum lapar, belum menemukanmakanan yang dirasa
menarik, belum selera makan, atau sedang puasa sehingga belum waktunya.
Begitu juga ketika orang ditanya kenapa belum mandi,
jawabannya mudah. Mungkin masih malas, masih menunggu sesuatu sebelum mandi,
atau ada alasan lain. Perasaan orang yang ditanya akan ringan saja menjawabnya.
Berbeda ketika ditanya, kenapa belum nikah? Kenapa belum mati?
Tidak semua kata kerja punya alasan
Kita makan karena lapar, atau karena ingin makan. Kita mandi
karena merasa gerah, atau memang sudah waktunya ganti pakaian sehingga perlu
mandi sebelumnya. Kita selalu bisa menciptakan alasan, tapi tidak selalu bisa
menemukannya untuk setiap kata kerja. Kita tidak bisa menemukan alasan kenapa
kita belum mati, bukan? Sama dengan pernikahan.
Sebenarnya, namanya alasan bisa saja dibuat dengan mudah. Orang
belum mati karena memang belum waktunya mati. Mungin belum genap rezekinya,
belum tiba ajalnya. Orang belum menikah karena belum menemukan jodoh yang
tepat, belum merasa siap, belum waktunya menikah. Masalahnya adalah, adanya
alasan tidak selalu bisa diterima dengan mudah.
Baik secara logika maupun perasaan, sama-sama tidak memiliki
hak mutlak untuk selalu bisa menerima alasan dari setiap pertanyaan. Seringkali,
orang melipatgandakan pertanyaan ketika merasa tidak bisa menerima alasan. Ketika
ini terjadi, pertanyaan dan alasan tidak benar-benar sederhana untuk diungkapkan.
Kiat Praktis Menanggapi Pertanyaan Sulit
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menjawab pertanyaan
sulit seperti: kenapa belum menikah? Ada beberapa jawaban praktis yang bisa
kita sampaikan berdasarkan pengalaman pribadi. Satu hal penting yang harus
digarisbawahi adalah, sebelum menjawab pertanyaan itu pastikan hati kita dalam
kondisi lapang. Jika belum bisa, minumlah banyak air mineral. Here we go:
a. Ajukan pertanyaan Sulit Kembali
Ini sebenarnya strategi yang bisa dianggap “kasar”. Bayangkan
saja ketika ada orang tua bertanya “Kenapa belum nikah? Kamu nunggu apa sih? Kerja
udah, uang pasti ada kan? Udah nggak perlu mikir sekolah lagi. Cepet nikah
sana!”, kemudian ditanya balik “Njenengan (Anda) kok belum mati sih? Kan
udah tua? Udah penyakitan juga? Udah nggak ada tanggungan utang kan? Udah, mati
aja nggak papa…” Siap-siap digampar deh.
Secara pribadi, cara ini sebaiknya nggak usah dipakai kalau
nggak terpaksa. Kalau mau, gunakan pertanyaan sulit lain yang lebih sopan. “Iya
nih belum ada calon.. mau bantu carikan?” misalnya. Atau tanyakan apakah
anaknya ada yang belum menikah dan bisa direkomendasikan sebagai calon? Siapa tau
pertanyaan kenapa belum nikah berubah jadi drama menemukan mertua.
b. Jawab Tanpa Perasaan
Cara kedua saat mendapat pertanyaan sulit, jawab tanpa
perasaan. Jika pertanyaannya soal nikah, jawab saja memang belum ingin, atau
belum ketemu jodoh, dengan nada datar. Nggak perlu marah apalagi ngamuk saat
dapat pertanyaan sulit. Karena yang bertanya belum tentu benar-benar ingin tahu
jawaban kita, bisa jadi mereka cuma iseng melempar pertanyaan.
c. Tantang Penanya
Cara ketiga menjawab pertanyaan sulit adalah dengan
menantang balik penanya untuk menemukan jawabannya. Perkara kenapa belum nikah
misalnya, kembalikan pada penanya apakah bisa memenuhi apa yang kita butuhkan
untuk segera menikah. Jika kita sedang mengumpulkan modal untuk menikah, tantang
saja penanya untuk menyiapkan modalnya.
Sekilas cara ini kasar, ya? Tapi coba sampaikan dengan
kalimat yang manis atau sedikit manja khas anak kecil, kesannya akan berbeda
dengan kalimat tantangan bernada tegas atau keras. Jika penanya adalah orang
tua, posisikan diri kita sebagai anak kecil yang pantas mendapat perhatian dan
kasih sayang lebih darinya. Semoga sukses dapat tambahan modal nikah, ya.
d. Abaikan
Cara terakhir paling praktis untuk emnjawab pertanyaan yang
sulit dijawab adalah dengan mengabaikan. Sukup jawab dengan senyuman, tanpa
sepatah-pun kalimat. Biarkan saja penanya bingung atas jawaban kita yang nggak
jelas itu. Lama kelamaan mungkin mereka akan berspekulasi sendiri menafsirkan
ekspresi kita.
Terlepas dari berbagai prasangka orang lain, kita masih
bebas menentukan nasib diri. Sambil menunggu takdir pernikahan “sampai” pada
kita, mari menyibukkan diri dalam kebaikan. Bisa dengan belajar berbagai ilmu
yang kita minati, melakukan hal-hal bermanfaat, bisnis, atau banyak hal lain
yang bisa membuat pikiran kita tetap positif.
Jadi, jangan biarkan pertanyaan kenapa belum menikah menghantui
kita sehingga depresi dan ingin marah-marah pada takdir. Yakin saja kita lahir
ditakdirkan berpasangan, tidak untuk hidup sendiri selamanya. Usaha dapat jodoh
terbaik tetap harus dilakukan, dan banyak berdoa tetap dilanjutkan. Semoga Allah
mudahkan setiap urusan kita mendapat jodoh terbaik dariNya, ya.
This is a very insightful and timely post. I greatly appreciate the time you spent writing this. You must have done extensive research and extraction to build your item. The teaching examples and facts are incredibly helpful. Continue your wonderful effort! I expect to see more intriguing facts from your perspective in the future. Thank you so much for your contribution!
ReplyDeleteloudoun dui lawyer