Pengumuman hasil seleksi CPNS integrasi nilai SKB pada akhir tahun 2021 lalu adalah kado paling mengejutkan yang pernah kuterima. Antara percaya dan tidak, namaku ada diantara ribuan peserta lulus sebagai dosen di Kemdikbudristek. Kenyataan yang membahagiakan ibuku, sekaligus membuatku cukup sesak karena itu berarti aku harus meninggalkannya lagi.
Tinggal jauh dari rumah memang bukan perkara baru dalam
hidupku. Sejak SMA sudah kos, kuliah tinggal di asrama, dan saat S2 juga
tinggal di rumah pakde. Apalagi ketika kerja di Jakarta selama 2 tahun,
otomatis jarang pulang dan sudah seperti kebiasaan tinggal jauh dari ibu.
Bagaimanapun, ini adalah hal yang harus disyukuri, ada banyak hikmah yang harus
kuambil.
Lulus di Saat yang Tepat
Saat ibu sudah bisa beraktivitas sendiri tanpa beban rasa
sakit di lututnya, saat aku siap menghadapi masa depan apapun wujudnya, saat
tinggal di rumah rasanya bukan lagi pilihan untuk jangka panjang, saat itulah
nasibku selanjutnya ditetapkanNya.
Allah adalah sebaik-baik penyusun rencana dan Dia pula yang
mewujudkannya. KeputusanNya kali ini untuk meluluskanku sebagai CPNS Dosen di
Universitas Siliwangi adalah yang paling tepat untuk semua. Ayah dan ibu boleh
bangga melihat putri semata wayangnya sekarang bukan lagi pengangguran.
Tempat yang Tepat
Setelah pindah, aku merasa bahwa Tasikmalaya adalah tempat
yang tepat untuk memulai hidup baru. Jakarta kukenal terlalu padat dan panas
udaranya. Sementara di sini cenderung dingin dan belum terlalu padat.
Ada gunung, hutan, sampai pantai di kota ini. Ada mall, café,
dan beragam kuliner yang baru kukenal setelah ada di sini. Kota yang sedang
berkembang, mungkin bisa jadi julukan yang tepat untuk Tasikmalaya.
Perjalanan 9 jam kereta berarti menuntutku untuk tidak pulang
terlalu sering, sekaligus mengajarkanku untuk hidup mandiri seutuhnya.
Penghasilan cukup untuk biaya hidup, cukup untuk berbagi, alhamdulillah. Meskipun
belum banyak, semoga tetap berkah.
Berada di lingkungan kerja yang kondusif, orang-orang yang
ramah dan baik hati, adalah anugerah tersendiri. Teman sejawat yang support
karir, perhatian pada hal-hal administratif dan bisa menyesuaikan diri dalam
keadaan apapun selalu pantas disyukuri. Pun teman tinggal yang baik dan
penyayang. Serasa lengkap sekali hidupku meskipun belum sempurna karena belum
ketemu jodoh.
Masa Depan yang Insya Allah Bermanfaat Lebih Luas
Menjadi dosen berarti memiliki tanggung jawab tri darma:
mengajar, melakukan penelitian, dan mengabdi pada masyarakat. Sampai purna
tugas, ketiga kewajiban tersebut terus melekat dan harus diselesaikan sepenuh
tanggung jawab.
Artinya manfaat seorang dosen tidak hanya bisa dirasakan oleh
mahasiswanya, tapi juga pihak luar kampus dan masyarakat luas. Tidak seperti
mengajar TK-SD-SMP-SMA, yang lingkupnya terbatas pada siswa dan orang tua.
Sedikit sekali porsi lingkungan di jenjang sekolah dasar dan menengah.
Jadi, semoga dengan keputusanNya menjadi dosen di tempat ini
aku dapat memaksimalkan kesempatan memperluas manfaat diri. Sebelumnya aku
menjalani profesi sebagai guru Al Qur’an, salah satunya karena sebaik-baik
manusia adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.
Sekarang, aku menjalani profesi dosen dengan salah satu
alasan menjadi manusia terbaik, karena dalam hadits yang lain disebutkan bahwa
sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Lulus CPNS dosen bagiku bukan prestasi yang pantas
disombongkan. Toh itu bukan sepenuhnya hasil usahaku. Ada doa ibu, orang-orang
yang menyayangiku, dan mungkin juga orang yang ingin tinggal jauh denganku.
Mungkin, aku juga nggak tau doa siapa yang dikabulkanNya sehingga bisa lulus
seleksi CPNS tahun 2021 ini.
Ceritanya udah, ah. Kapan-kapan akan kuceritakan bagaimana
kehidupan di sini kalau ketemu hal unik. Sungguh, seleksi CPNS ini mengubah
banyak hal dalam hidupku. Termasuk rencana masa depan dan rutinitas
sehari-hari. Perubahan adalah sesuatu yang pasti, kan?
No comments:
Post a Comment