Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa ridha Allah terdapat pada ridha orang tua, marahnya Allah terdapat pada marahnya orang tua. Tentu hal ini bukan tanpa alasan dan relevan dengan kondisi umum. Jika ada kondisi khusus orang tua marah atau ridha bertentangan dengan syariat Allah, tentu tidak termasuk dalam konteks pembahasan hadits tersebut.
Pada post sebelumnya kusebutkan bahwa studi magister yang
kujalani bukanlah untuk mengikuti seleksi CPNS suatu saat setelah lulus. Akan
tetapi pemikiran ibu yang menginginkan anaknya menjadi dosen, tentu menjadi
perhatian khususku. Sementara aku tidak punya cita-cita atau rencana yang lebih
baik dari itu, maka tidak ada salahnya kuusahakan.
Hidup Untuk Mimpi
Bukankah memang beginilah hukum hidup, ketika kita tidak
punya tujuan, rencana, atau mimpi yang cukup besar, maka mimpi atau rencana
orang lain lah yang harus kita wujudkan. Ibu, adalah sosok paling penting dalam
hidupku. Seandainya boleh menentukan pusat perhatian dalam hidup, aku memilih
ibu.
Tentu saja itu berlaku selama aku belum menikah, setelahnya
nanti, tentu suami yang menjadi pemimpinku dunia akhirat. Termasuk tentang
mimpi, tidak mudah untuk menetapkannya sebagai sesuatu yang layak
diperjuangkan, kan?
Setelah hampir 2 tahun tinggal di rumah, kondisi Kesehatan
ibu semakin membaik. Aku merasa, inilah saatnya melanjutkan fase hidup.
Orientasiku untuk tidak selamanya akan tinggal di rumah, rupanya mulai
menemukan jawaban.
Awal tahun 2021 di akhir bulan Januari, ada lowongan dosen di
Bogor, kecamatan Leuwiliang. Bulan Februari, dua kali bolak balik ke kampus
mengikuti proses seleksi dan dinyatakan lulus. Seleksi dosen ini bertujuan
mengisi kekosongan posisi awal tahun ajaran baru, untuk jurusan yang baru akan
dibuka.
Secara otomatis, selama Februari sampai awal tahun ajaran
baru masih bisa menunggu di rumah. Sambil menunggu proses izin mereka selesai,
ada fee yang mereka bayarkan per bulan karena ijazah digunakan untuk izin
operasional. Sudah dapat gaji, belum kerja. Status dosen pula. Alhamdulillah kan?
Bogor Coret, Daftar CPNS
Memilih untuk memperjuangkan mimpi memang tidak selalu mulus
jalannya. Meskipun hidup kita sudah dipertaruhkan untuk itu. Siapa yang bisa
menjamin apa yang akan terjadi esok hari sesuai dengan rencana atau angannya?
Tidak seorang pun. Masa depan adalah misteri bagi semua makhluk.
Sampai bulan Juni, kami belum mendapat kepastian kapan harus
berangkat ke Bogor. Atau apakah benar-benar jadi atau tidak berprofesi sebagai
dosen di sana? Izin operasional mereka belum turun. Jumlah mahasiswa yang akan
masuk ke jurusan kami juga belum pasti.
Jumlah mahasiswa dalam satu jurusan memang sudah ditentukan
minimalnya, demi turunnya izin operasional tersebut. Jika mahasiswa yang
berminat di jurusan tersebut kurang dari target, tentu izin batal diturunkan.
Sementara bulan Juni memang penerimaan mahasiswa baru di PTN masih berlangsung.
Sesuai budaya, PTS harus bersabar hingga setelahnya.
Pendaftaran CPNS 2021
Nah, akhir Juni-awal Juli itu ada info pembukaan CPNS 2021.
Sambil menunggu kepastian kabar dari Bogor, tentu harus ada rencana cadangan
yang diciptakan. Ibu memintaku mendaftar CPNS kali ini. Untuk posisi dosen, ada
dua kementerian yang memungkinkan menerimaku sesuai dengan bidang studi:
Kemenag dan Kemdikbudristek.
Tahun sebelumnya pendaftaranku di Kemenag berakhir di meja
ujian tahap SKB. Masih segar dalam ingatan apa saja poin pertanyaan pewawancara
dan penguji saat micro teaching. Aku juga ingat betul, saat itu tidak ada
rincian nilai SKB dari setiap sub bagian dari tahap ini.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, aku cenderung memilih
Kemdikbudristek. Siapa tahu namaku nanti masuk daftar peserta lulus, kan? Kalau
nggak, ya anggap saja memang bukan di situ nasibnya, sesimpel itu pemikiran
saat mewujudkan mimpi. Mau dibuat berat juga bisa sih, tapi kalau bisa
menyederhanakan, kenapa harus repot, kan?
Apalagi pilihan yang muncul di formasi Kemenag ada di
beberapa kota yang bagiku kurang menarik untuk ditinggali dalam jangka panjang.
Kan kalau lulus (kalau lulus, nih) bakal tinggal lama di situ. Sementara
Kemdikbudristek, ada Bandung, Tasikmalaya, dan Jakarta yang masih kuragukan
bisa meluluskan administrasi berdasarkan dokumen ijazahku.
Sebenarnya aku merasa agak aneh, ketika formasi S2 Keuangan
dan Perbankan Syariah yang tersedia di Universitas SIliwangi masuk FE, bukan
FAI. Padahal tidak ada jurusan perbankan syariah di Unsil, adanya Keuangan dan
Perbankan konvensional. Ada jurusan Ekonomi Syariah di FAI, tapi tidaks esuai
dengan ijazahku yang jelas menyebutkan prodi Keuangan dan Perbankan Syariah.
Soal ini, ada cerita menarik yang baru kuketahui, insya Allah
nanti akan kutulis dalam sesi tersendiri.
Pilihan amannya hanya ada Bandung dan Tasikmalaya. Aku memilih Tasikmalaya,
yang jarak tempuhnya paling lama 9 jam naik kereta dari Jombang. Sementara
kalau ke Bandung, jaraknya sama seperti ke Jakarta. Setelah minta pertimbangan
orang tua, kupilih Tasikmalaya.
Saat pendaftaran itu juga, sudah ada pilihan tempat mengikuti
SKD, ujian tahap pertama setelah lulus seleksi administrasi. Aku memilih
Jakarta karena menyesuaikan rencana Agustus pindah ke Bogor. Ya, walaupun
sampai saat itu kabar dari Bogor belum pasti. Kalau memang harus dari Bogor,
lokasi ujian terdekat memang Jakarta. Akan sulit nanti misal harus pulang.
Agustus 2021
Agustus awal, baru ada kepastian dari Bogor. Mereka tidak
bisa mendapatkan izin operasional sesuai jurusanku saat itu, karena mahasiswa
yang berminat kurang dari kuota minimal. Oke, Bogor dicoret dari daftar
perjalanan berikutnya.
Sementara itu, pengumuman hasil seleksi administrasi CPNS
belum diumumkan. Sudah tidak mungkin mengubah lokasi ujian SKD senadainya
lulus. Jadi kalau namaku masuk daftar SKD< ya harus persiapan ke Jakarta.
Untuk itu, aku mulai menabung. Minimal nanti kalau kurang, tidak terlalu banyak
minta sumbangan orang tua.
Persiapan Ujian SKD di Depok
Singkat cerita, namaku benar-benar masuk dalam daftar lulus
seleksi administrasi dan harus mengikuti SKD di Depok, bulan Oktober
berikutnya. Aku tidak tahu pasti apa yang harus kupelajari untuk menyelesaikan
ujian ini? Bahan belajar ujian SKD tahun sebelumnya hanya kubaca ulang, kadang
paham, seringnya enggak. Apalagi bagian TWK. Pengetahuan wawasan kebangsaan
membuatku merasa bodoh sebagai WNI.
Bagian intelejensi umum dan kepribadian, aku banyak belajar
dari channel Telegram. Baca buku, lihat YouTube, dan banyakin doa. Yakin aja,
kalau rezeki nggak akan kemana. Kata Mbak yang juga bulik sekaligus tetangga,
ikut seleksi CPNS itu seperti ikut undian. Lulus alhamdulillah, nggak juga
nggak perlu menderita.
Sekarang sudah bukan zaman lulus CPNS dengan uang. Lulus itu
mengandalkan kemampuan dan doa. Mampu tapi belum nasib, ya nggak bakal lulus.
Kalau sebenarnya nggak mampu, ya udah pasti nggak akan lanjut ke tahap
selanjutnya. Sesederhana itu.
Pertengahan Oktober 2021, aku berangkat ke Jakarta. Niat
pertama adalah ikut ujian, kedua jalan-jalan, ketiga tengok keluarga tante dan
adik sepupu, keempat ngabisin tabungan. Semua niat terlaksana dengan baik, alhamdulillah.
Sampai Jakarta malam, langsung ke Depok disambut Dita, teman
dan adik nemu di ODOP. Besoknya ujian dipinjami bapaknya motor ke FK UPN
Veteran yang ada di Depok. Bukan kebetulan, Allah mengaturnya tidak jauh dari
rumah Dita. Makasih banyak, Dita... sudah jadi bagian dari perjalanan penting dalam hidupku.
Lulus? Lulus!
Sesaat sebelum ujian aku tidak ingat lagi materi yang
kupelajari dua bulan sebelumnya, otakku hanya mampu berdoa, “Ya Allah, pengen
nilaiku cukup untuk masuk SKB nanti. Aamiin.”
Selanjutnya kukerjakan soal demi soal dengan pasrah,
sebisanya, ikhlas berapapun nilai yang akan kudapat nanti. Lima menit sebelum
waktu habis, semua soal sudah selesai kukerjakan. Kulihat kanan dan kiri,
sedikit yang sudah selesai. Sebagian lain masih terpaku pada layer, berusaha
selesai sebelum waktu habis.
Dadaku bergemuruh, seolah berpacu dengan harap, sekaligus
takut realitanya tidak sesuai dengan ekspektasi yang terlalu tinggi. Lisanku
terus berdzikir, sebisanya, seingatnya. Aku memejamkan mata, menekan tombol
“klik” tanda selesai ujian. Nilai segera diproses oleh system. Tercatat angka
396 di layar. Dengan rincian 85 untuk TWK, 135 untuk TIU, dan TKP 176.
Angka yang tidak terlalu tinggi, jika dibandingkan peserta
lain yang katanya di atas 400, bahkan hampir mencapai angka 500. Aku tidak
kecewa dengan nilai itu. Biasa saja. Toh doaku memang bukan minta nilai tinggi,
tapi cukup untuk masuk ke tahap selanjutnya. Aku tidak tahu berapa nilai
peserta lain yang mengambil formasi sama saat itu.
No comments:
Post a Comment