Semingguan ini, rasanya frase “personal branding” dan skenario buat pamer bio menggema di dalam kepala. Ada materi WAG di kelas ODOP X mau bahas tentang ini. Di timeline media sosial pun beberapa kali perkara “pamer kepribadian” disinggung sana-sini. Kalian tahu, bagi orang setengah introvert, ini cukup mengganggu meskipun lumayan bikin penasaran.
Apalagi bagi orang introvert tulen, jangankan
mau “pamer”, menampakkan diri di tengah publik aja butuh energi super besar.
Begitu selesai, rasanya capek banget. Ga percaya? Tanyalah sendiri sama orang
introvert.
Eh, bukan berarti orang introvert ga mau eksis
ya. Justru disinilah sensasinya. Di satu sisi ada keahlian yang butuh dikenal
banyak orang. Di sisi lain, jiwa introvert meronta-ronta pengen terus sembunyi.
Orang ekstrovert pastiberpikir, “Ya nggak bisa gitu, kalau mau pamer sesuatu ya
harus mau menampilkan diri di tengah publik.” Begitu kan, teorinya?
Pentingnya Personal Branding
Tak kenal maka ….
Pepatah itu seringkali dilanjutkan dengan kata
“ta’aruf (kenalan)”, atau “tak sayang”. Ya, nggak kenal gimana mau sayang kan?
Pandemi dan perubahan zaman yang kini serba digital telah membuktikan, bahwa
siapa yang nggak dikenal oleh circle-nya, maka dia bukan siapa-siapa.
Seseorang punya usaha jasa misalnya, yang nggak
kenal pasar, nggak punya kenalan, otomatis usaha itu bakal stuck, atau
bahkan berhenti ga lama setelah dibuka. Begitu juga penulis, nggak punya media
sosial, nggak pernah update status, orang mau kenal tulisannya dari mana?
Okelah kalau nggak mau dikenal di dunia nyata,
minimal di dunia maya sekarang harus eksis. Misal ada orang mengetik namanya di
mesin pencari, layar akan menunjukkan bagaimana jejak digitalnya diciptakan.
Orang kemudian akan menilai, ini siapa sih? Seberapa baik dan untung jika
bekerjasama nanti?
Tidak lagi hanya artis yang butuh perhatian
publik. Wirausahawan perlu memasarkan produk, penulis perlu pembaca, penjual
butuh pembeli, dan seterusnya. Semakin luas dikenal orang sebagai siapa,
semakin mudah ditemukan ketika ada orang yang butuh dengan kita. Kira-kira,
begitulah esensi personal branding.
Percayalah, sudah bukan zamannya orang menyembunyikan
identitas diri. Netizen sekarang galak, euy. Coba aja kalau nggak percaya,
tanyakan satu nama ke orang yang hobi stalking. Orang yang sama sekali
nggak terkenal pun bisa dicari jejak digitalnya. Apalagi jika ada bibit-bibit
eksis yang sudah tumbuh di dalam hati seseorang, pasti lebih mudah ditemukan di
dunia maya.
Batasan Personal Branding
Apakah menjalankan proyek personal branding berarti
membiarkan semua orang harus tahu siapa dan bagaimana kita sebenarnya? Oh,
tentu tidak. Pamer bio di media sosial hanya perlu disesuaikan dengan tujuan
utama: Kita pengen orang mengenal nama kita sebagai apa, sih? Itu aja. Nggak perlu
setiap perasaan, kejadian, atau membiarkan orang membaca jelas apa yang ada di
depan mata, dalam kepala dan hati kita. No, way!
Nah, meskipun harus diakui. Bagian harus memilah
mana yang boleh dan perlu jadi konsumsi publik, dan man ayang harus dijaga
banget biar ga jadi gossip, itu rasa tricky. Hati-hati aja, sih… dan hasilnya
kadang aku jadi keterusan buat nggak sharing apa-apa di dunia maya. Ini bukan hanya
perkara nggak konsisten atau nggak bisa memilah, Cuma tindakan hati-hati mengendalikan
ujung jari memang bukan perkara sederhana.
Ya, ke depan aku masih pengen dikenal sebagai dosen
yang aktif menulis, paham ilmu dan praktek sekaligus tentang keuangan Syariah,
dan istiqomah di jalan yang benar. Luas banget ini mah goals-nya. Hehehe…
Kembali ke proposal personal branding-ku. Perlu
di-break down biar ga gelagapan dalam upaya mewujudkannya. Sampai
saat ini, poin “konsisten” masih jadi PR paling besar. Tapi nggak papa, selama
kita masih hidup, masih dikasih kesempatan, berarti kita belum gagal.
Coba aja terus mewujudkan rencana
demi rencana itu. Sampai akhirnya waktu kita habis nanti, semoga semua goals
yang pernah dicatat baik lewat tinta atau hanya dalam kepala, bisa terwujud
dengan baik. Hal-hal kecil harus dimulai, mungkin beberapa diantaranya akan
berdampak besar. Seperti memasang link blog di pamer bio misalnya?
Pakai Pamer Bio
Pamer bio adalah sejenis platform
yang dapat menjadi panggung virtual bagi siapapun, terutama para konten creator.
Dengan satu link saja, seseorang bisa membuat jutaan orang lain mengenal banyak
sisi sekaligus dari kemampuannya. Menulis, membuat video di YouTube,
portofolio, semua bisa dipamerkan dalam satu link.
Mau coba? Langsung buka pamer.bio
dan lakukan pendaftaran di sana. Untuk lebih jelasnya, simak video berikut:
No comments:
Post a Comment