Sunday, 19 June 2022

Aktif Menulis Membuat Perempuan Semakin Berdaya

komunitas perempuan


Perempuan di manapun cenderung aktif, baik secara verbal maupun praktis. Sebuah buku berjudul “The Female Brain” mengatakan bahwa kaum hawa bisa mengeluarkan 20.000 kata per hari. Sementara laki-laki tidak sebanyak itu dalam berbicara.

Di sisi praktis, perempuan dikenal sebagai ahli multi tasking. Banyak pekerjaan bisa diselesaikannya dalam waktu singkat. Misalnya ibu-ibu di pagi hari, ketika menyuruh anaknya mandi bisa sambil memasak, cuci piring, membersihkan meja makan, dan sekaligus mengecek anaknya apakah sudah mandi dengan benar.

Belum lagi ketika tukang sayur memanggil, dengan cekatan ia menyahut, membuat daftar belanja dalam kepalanya, dan mematikan kompor sembari mengambil dompet. Sesaat kemudian ia sudah berdiri di depan gerobak tukang sayur untuk mencari barang yang dibutuhkannya.

Perempuan: Menteri Segala Urusan

Bukan hanya Opung yang pantas mendapat julukan menteri segala urusan. Siapa yang bertanggung jawab ketika bapak-bapak kehilangan ikat pinggangnya saat akan berangkat kerja? Ibu. Siapa yang tahu di mana dasi anaknya yang terselip saat akan upacara di hari Senin? Ibu.

Bukan hanya urusan rumah tangga, belanja, stok kebutuhan harian, bahkan tidak sedikit ibu yang menggandakan perannya sebagai perempuan pekerja. What a life? Predikat setinggi apa yang pantas diterima oleh perempuan sehebat itu?

Perempuan memang bukan makhluk sempurna. Pasti ada kekurangan yang dimilikinya sebagai manusia biasa. Wanita tetap dianggap lemah hatinya. Maka jangan heran ketika ada seorang perempuan yang terluka, menangis, dan sedih ketika mendengar kalimat atau sikap kasar dari orang-orang yang disayanginya.

Menulis: Cara Perempuan Menyayangi Diri Sendiri

Apakah semua perempuan dapat sehebat itu? Tentu saja tidak. Ada perempuan yang tidak bisa memasak, tapi ahli bersih-bersih. Ada yang lebih suka memasak, tapi tidak pandai menyetrika pakaian. Ada yang beruntung diberi kebebasan oleh suaminya untuk tidak melakukan pekerjaan rumah, ada juga yang sebaliknya.

Setiap perempuan pasti punya cerita bahagia dan sedih masing-masing, yang harus diekspresikan agar tidak menjadi tekanan batin dan penyakit. Karena jika terlalu lama dipendam, tekanan itu bukan hilang namun terus bertambah, bahaya kan?

self love


Sebagian perempuan memaksimalkan kemampuan verbalnya untuk meluapkan emosi. Anak, suami, adik, orang-orang yang tinggal bersamanya kerap menjadi sasaran empuk saat dada dan kepala terasa penuh. Apakah ini baik? Tentu saja tidak. Energi negatif yang dikeluarkan melalui sikap dan kata-kata akan menyebar begitu saja.

Ya, meskipun berpotensi mengurangi tekanan batin, luapan amarah melalui sikap dan ucap tidak baik dibiarkan menjadi kebiasaan. Sementara sebagian besar perempuan lain menemukan cara yang lebih elegan untuk mengelola emosinya, yaitu dengan menulis.

Awalnya mungkin sekadar ekspresi hati saat lelah menghampiri. Lama kelamaan, seiring waktu karyanya bertambah menjadi buku antologi, blog yang terbit hampir setiap hari, dan berbagai tawaran sebagai penulis pun berdatangan.

Menulis adalah salah satu cara sederhana untuk mengekspresikan perasaan, mengurai isi pikiran, dan jika dilatih dan terus diperbaiki bisa mendatangkan cuan. Ya, sudah banyak contoh ibu-ibu yang jadi langganan menang lomba blog, menulis buku hingga laku ribuan eksemplar, dan tetap berperan sebagai “ibu”.

Salah satu tempat paling mudah menemukan ibu-ibu berdaya juang tinggi dan tetap membumi ini adalah komunitas penulis yang seluruh anggotanya perempuan. Baik yang masih lajang, sudah berkeluarga, maupun mereka yang sudah sendiri lagi setelah pernikahannya selesai.

Namanya komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis, biasa disingkat jadi IIDN. Komunitas penulis yang berdiri sejak Mei 2010 ini sekarang sudah mencapai usia 12 tahun. Tercatat sudah 11 lembaga dan perusahaan yang bekerjasama dalam kegiatan kampanye digital dengan IIDN dan kini menaungi 21.000 anggota dari seluruh penjuru tanah air.

Setelah 12 Tahun, Apa Rencana IIDN?

Sungguh, 12 tahun bukanlah langkah sebentar dan sederhana. Ribuan jejak yang berhasil dicetak bukanlah prestasi yang boleh berhenti. Karena di masa depan, tentu IIDN berharap akan semakin banyak kebaikan yang bisa diciptakan bersama seluruh anggota komunitas ini.

Melalui web resminya di ibuibudoyannulis.com, kita dapat melihat betapa perempuan ketika sudah berkarya, hasilnya bisa luar biasa. Jangan pernah menyepelekan peran para ibu yang umumnya nyaman dengan seragam kebanggaan bernama daster. Karena di balik rasa nyaman itu, mereka bisa mengguncang dunia dengan tulisan.

Buktinya?

Beberapa proyek kampanye digital dipercayakan oleh perusahaan makanan, produk bayi, rumah tangga dan lembaga khusus yang mendukung perempuan berdaya bekerjasama dengan IIDN. Kampanye ini tentu dibuat bukan tanpa perhitungan, tapi karena mereka tahu bahwa kekuatan ibu-ibu dapat menggerakkan seluruh pelosok negeri.

Kekuatan ekonomi sektor riil sesungguhnya dikuasai ibu-ibu. Mulai dari perabot, bahan pokok, pakaian anak dan suami, hingga makanan ringan dan kebutuhan sekolah. Para ibu menguasai dompet keluarga dan paling bisa mengendalikan isinya. Maka wajar ketika ibu-ibu dijadikan penggerak pasar dalam kampanye produk.

Saya dan IIDN

Saya pribadi, baru berkenalan dengan IIDN saat pandemi, tepatnya September 2021 kemarin. Lewat salah satu grupnya yang diberi judul “Ngeblog dari 0 IIDN”, saya belajar dari awal bagaimana memaksimalkan blog. Ya, sayang aja sudah punya blog tapi selama ini kurang semangat ngisinya.

Dengan melihat betapa ibu-ibu lain yang memiliki lebih banyak kesibukan begitu bersemangat belajar, menulis, dan berkarya lewat buku saya merasa menemukan “rumah” yang tepat. Selalu ada suara yang muncul tiba-tiba, “Kalau mereka yang lebih sibuk bisa menulis dan berkarya lebih banyak, masa kamu nggak iri?”

Eh, iri dengan kebaikan orang dan berniat menirunya itu boleh, kan? Jadi saya memutuskan untuk tetap bertahan, mengikuti ritme komunitas, dan mulai bergabung dengan grup Blog Walking IIDN. Dari sana, semakin banyak bloger perempuan yang saya kenal lewat tulisannya.

Uniknya lagi di komunitas ini para anggota tidak hanya diajak menulis, menulis, dan menulis. Lebih dari itu, sering sekali ada tawaran kelas gratis, ikut lomba berhadiah, dan tentu saja kesempatan jadi pemenang lomba blog. Bayangkan, betapa senang saat ikut lombanya saja sudah diberi hadiah, apalagi saat menang?

Saat kampanye #KejuAsliCheck bersama Kraft, saya ikut dan otomatis berhak mendapat hampers. Pada kesempatan yang sama, reels instagram yang saya buat diapresiasi dengan saldo e-wallet oleh Kraft. Saat pengumuman pemenang, ternyata tulisan saya masuk 70 submit tercepat, jadi dapat hampers lagi. Senang sekali rasanya.

Ah, IIDN memang komunitas perempuan terbaik yang pernah saya ikuti. Semoga setelah 12 tahun penuh makna yang sudah dilalui, masih ada 12 tahun ke depan, 12 tahun berikutnya dan terus bermanfaat dengan karya yang semakin mendunia.

Semoga dengannya, para perempuan Indonesia dapat membebaskan diri dari kejenuhan rutinitas dan berkarya lewat tulisan. Semoga sehat selalu para pengurus, mentor, admin, dan siapapun yang terlibat dalam kerja cerdas komunitas ini agar semakin banyak manfaat dan karya yang dapat dilahirkan.

 

No comments:

Post a Comment