Friday, 24 June 2022

Kesan Pertama Makan Nasi TO Khas Tasikmalaya

 

nasi-to-tasikmalaya

Kalau di Jawa Timur terkenal nasi ampok, di Gunung Kidul ada nasi thiwul, di Tasikmalaya ada namanya nasi TO, singkatan dari Tutug Oncom. Iya, oncom yang mirip apas tahu terus difermentasi itu dicampur sama nasi. Setelah lebih dari dua pekan tinggal di kota santri-nya Jawa Barat ini, aku mencobanya.

Gimana Rasa Nasi TO?

Jujur aku nggak tahu pasti oncom itu terbuat dari apa. Sekilas emang bentuknya mirip ampas tahu. Baunya khas setelah difermentasi. Ya bau ragi gitu. Dulu masih tinggal di Jakarta, tante suka masak oncom. Cuma ditumis sama bawang, cabe, taburi daun bawang kalau udah siap angkat. Gitu aja udah enak makan sama nasi anget.

Ya, aku nggak anti sama oncom memang. Tante juga nggak sering masak gitu, sebulan sekali belum tentu. Beberapa kali juga jajan comro, alias oncom di-jero. Ya makan aja, kan dijual bebas bareng bermacam gorengan kalau di Jakarta. Lumayan itu penunda lapar yang baik.

Pertama kali dengar ada nasi TO sebagai makanan khas Tasikmalaya di Grup CPNS ‘21, jujur aku penasaran. Setelah sampai di sini, lihat di sepanjang jalan ada banyak penjual nasi TO. Jadi ingat mirip keberadaan nasi pecel di Jombang. Asli banyak banget penjualnya.

Pertama Kali Makan Nasi TO di Tasikmalaya

Terus kapan coba makan nasi TO? Segera setelah terima SK? Nggak sih. Malah sempat mikir berkali-kali, “Kalau beli nasi TO, bakal kemakan nggak ya?” Bukan karena underestimate sih. Lebih tepatnya, aku harus adaptasi dulu dengan segala rasa makanan di sini.

Pekan pertama tinggal di Tasikmalaya, perutku sakit hampir tiap hari. Makan nasi warteg rasanya aneh. Atau mungkin tubuhku aja yang belum bisa terima. Akhir pekan pertama, diare beberapa hari. Jadi sempat takut mau beli makan, kuatir tubuhku belum bisa menerimanya dengan baik.

Apalagi teman serumah cerita pernah beberapa kali beli nasi TO rasanya tidak sesuai ekspektasi. Kupikir kalau beliau yang asalnya Cimahi aja merasa begitu, apalagi aku yang berasal dari ujung timur Pulau Jawa? Kuurungkan niat mencicipi nasi TO, minimal sampai tubuhku bisa berdamai dengan kuliner di sini.

Setelah hampir tiga pekan tinggal di sini, soal nasi TO ini kudengar lagi. Kali ini dibahas di kantor sih, beliau cerita dekat perumahannya ada yang jual nasi TO. Penjualnya bersih, beliau suka beli di situ buat bekal juga. Itu ibu penjual nasinya kalau pagi jual makanan, berbagai macam nasi, sorenya jadi guru ngaji.

Dengan deskripsi singkat itu, aku jadi tertarik untuk mencicipinya. Ah, semoga rasanya bisa kurasa normal di lidah dan perut nanti. Kupesan pada beliau, kalau besok ke kampus dan mau beli di ibu penjual itu, sekalian nitip belikan nasi TO. Anggap ini sebagai upaya untuk berdamai dengan kuliner khas Tasikmalaya.

Rasa Nasi TO Khas Tasikmalaya

Inilah penampilan nasi TO khas Tasik yang dibungkus dari penjual kebanyakan. Isinya nasi TO, sambal terasi, irisan terong mentah dan timun sebagai lalapan, ada juga leunca beberapa butir. Sambalnya dibungkus terpisah, begitu juga dengan kerupuk. Lauknya? 3 ekor teri goreng. Ya, cuma 3 doang. Hehehe…

Nasi-tutug-oncom


Lucu sih pertama lihat, mungkin mirip beli nasi gudeg di Jogja yang beneran nasi sama gudeg tambah tempe atau tahu bacem. Atau nasi pecel tanpa lauk di Jombang, cuma nasi, sayur, sambal pecel sama peyek. Atau mirip juga beli nasi uduk di Jakarta. Harus tambah beli gorengan lagi kalau mau lauk selain yang seuprit di dalam bungkusan itu. Baik, mari kita coba… Bismillah…

Rasanya gurih nasi campur oncom. Menariknya, oncom ini sudah dibumbui. Rasanya nggak dominan sih, tapi kerasa ada bawang sama kencur. Aku nggak tahu pasti bumbu oncom ini harusnya apa. Yang terasa ya cuma kencur sama bawang, terus nggak terasa asin. Kata teman-teman, yang penting oncomnya nggak pahang (bau oncom yang kurang enak gitu karena masih mentah).

Alhamdulillah, not bad sih. Leunca nya aku lewatin. Belum biasa makan leunca mentah gitu ceritanya. Jadi cukup dilihat aja, skip sementara. Rasanya ketolong sama sambal terasi yang mirip sama buatan orang Jogja-Jatim.

Sebenarnya kalau versi lengkapnya, nasi TO bisa pakai lauk ayam, ikan, atau lainnya sesuai request. Nasi TO versi lengkap begini banyak tersedia di aplikasi online macam ShopeeFood, GrabFood, GoFood, dan semacam itulah. Harganya berkisar antara 25-30K. Berbeda jauh dengan harga nasi TO “polosan” yang tadi kumakan, ga nyampe 10k harganya.

Setelah pengalaman pertama makan nasi TO khas Tasikmalaya hari ini, rasanya alhamdulillah perut nggak bermasalah. Ini ngetiknya udah hampir ashar, tadi makan sekitar jam 10 pagi. Insya Allah aman lah ya… Kalau soal makan lagi, nanti lah kapan-kapan kalau pengen banget aja.

Oh ya... Nasi TO pertama ini akhirnya gratis. Bu Mira (pengen panggil teteh takut kurang sopan 🤭) kasih traktiran pertama.. Makasih ibuu.. Kapan² gantian saya pengen traktir di Kurnia Saiyo... Insya Allah yaa

 

1 comment: