Tanggal 12 Oktober 2021 kemarin, saya bersama teman dan adik sepupu merencanakan jalan-jalan ke kota tua. Selama pandemi ini memang semua wisata di Jakarta tutup. Bahkan taman yang notabene terbuka dan aman selama pengunjung jaga jarak, juga tidak dibuka. Karena sekarang PPKM sudah turun level, kami berharap kota tua bisa dikunjungi.
Masa iya sudah hampir dua tahun masih tutup? Apalagi sekarang
mall, beberapa fasilitas publik seperti perpustakaan juga sudah dibuka. Sebelum
berangkat, kami tidak bisa memastikan kota tua sudah bisa dikunjungi atau
belum. Karena di media sosial pun tidak ada info yang kami temukan, akhirnya
nekat saja berangkat.
Baca Juga: Wisata Murah Alami di Jember Jawa Timur
Ngapain Sih Ke Kota Tua?
Kota tua merupakan salah satu kawasan bersejarah yang
selalu ramai pengunjung. Di kawasan ini berdiri sekumpulan gedung tua yang
sebagian masih berfungsi sebagai museum, sebagian dialihfungsikan sebagai kafe,
dan sebagian lain dibiarkan kosong. Kalau mau belajar sejarah ibukota, salah
satu pusatnya ya di kawasan ini.
Sebelum pandemi datang dan memaksa semua fasilitas
publik berhenti operasi, kawasan kota tua tidak pernah sepi. Pengunjung suka
masuk ke pelataran museum fatahillah yang luas meskipun panas di siang hari. Saat
sore, kawasan ini menjadi tempat asik untuk nongkrong dan menikmati berbagai
hiburan.
Di sekitarnya, beberapa kafe berdiri menawarkan
berbagai menu tradisional dan kebarat-baratan. Karena memang pengunjung sangat
majemuk, terduru dari warga lokal maupun wsatawan asing. Saat sore menjelang,
sering ada berbagai pertunjukan music, sulap, atau semacamnya.
Kota tua adalah salah satu panggung bebas bagi para
pekerja seni. Tidak hanya musik, di sudut-sudut kawasan terdapat beberapa
manusia silver, replika pahlawan, sepeda ontel tua, atau bidadari lengkap
dengan kereta hias siap menemani pengunjung berburu foto. Ya, mereka
menyediakan jasa spot foto di kawasan ini.
Baca Juga: Pantai Paseban Jember
Sepanjang jalan masuk kawasan kota tua, saat siang
hingga sore hari banyak berjajar penjual aksesoris dan benda kreatif seperti
kaligrafi, ukiran, atau jasa tato dan mahendi. Kalau mau cari tukang ramal pun,
bisa ditemukan di kawasan ini. Mereka biasanya membawa mobil boks yang juga
berfungsi sebagai ruang konsultasi.
Gedung-gedung tua yang berdiri di kawasan ini pada
masa lalu adalah tempat kolonial mengendalikan pusat pemerintahan, para
saudagar mengendalikan perdagangan (karena lokasinya dekat dengan pelabuhan),
dan merupakan pusat hiburan. Sekarang, yang tersisa adalah berbagai museum
untuk mengenang semua jejak sejarah tersebut.
Kota Tua Pasca Pandemi
Setelah hampir dua tahun melalui gelombang pandemi, kami
memberanikan diri kembali berkunjung ke kawasan penuh sejarah ini. Tujuan utamanya
jalan-jalan. Tujuan sampingannya adalah mengenalkan adik sepupu kepada sejarah
kotanya. Maklum, dia jarang sekali jalan-jalan, apalagi sejak papanya meninggal
tahun lalu.
Kawasan wisata murah meriah ini paling mudah dicapai
dengan alat transportasi publik Transjakarta atau KRL Commuter Line. Keluar dari
halte atau stasiun lewat terowongan penyeberangan orang, bisa langsung sampai
di depan museum mandiri. Berjalan sedikit ketemu museum BI, tempat rupiah
dicetak untuk pertama kali. Lanjut ke kawasan kota tua tinggal nyeberang lagi,
sudah ketemu pintu masuknya.
Sayang, saat kami sampai pintu masuk dijaga tim
keamanan dan satgas Covid. Ternyata pengunjung belum boleh masuk. Kami tanya, “Sampai
kapan bisa buka lagi?” petugas menjawab, “Sampai alat screening dan barcode
masuk tersedia.” Berarti waktunya belum bisa dipastikan. Tidak mungkin kami
menunggunya seharian di situ, kan?
Toko Merah Kota Tua
Karena tidak bisa masuk halaman museum fatahillah,
kami memutar ke arah kiri dari pintu masuk. Di bagian belakang kawasan ini saat
malam biasanya ramai pedagang lesehan. Mereka berjualan lampu, baju, aksesoris,
makanan, dan juga berbagai alat elektronik lucu. Saat siang, tentu saja sepi
karena memang panas.
Baca Juga: Warung Lodeh Mbok Semah Jombang
Karena kami datang di siang hari, layaknya pengunjung
kota tua lain, tujuan yang harus dicari di setiap tempat wisata adalah foto. Maka
secara otomatis, mata kami bergerilya mencari spot yang ciamik untuk bergaya. Mulai
dari tepi sungai apung yang panas di siang hari, deretan kafe dan museum 3
dimensi khusus untuk foto yang tertutup, mata kami menjelajah ke jalan di
seberangnya.
Di sana berjajar beberapa gedung tua yang sepertinya tidak
berfungsi. Salah satunya memiliki bentuk dan warna mencolok karena berbeda
dengan gedung lain. Setelah kami mendekat, terpampang jelas nama gedung ini:
Toko Merah. Dindingnya berwarna merah bata, dan memang terdiri dari bata yang
sengaja tidak ditutup semen seperti gedung lain di sekitarnya.
Kami mengambil beberapa foto di depan gedung ini, dan
gedung lain di sekitarnya. Ya, beberapa foto dalam pengertian pengunjung wisata
berarti: puluhan foto. Mumpung sepi, jadi enak ambil fotonya. Buka masker
sebentar pun hanya untuk ambil foto di depan Toko Merah rasanya tidak masalah.
Setelah selesai dan puas, kami beli minum dan pulang. Sampai
di rumah, saya mencoba mencari tahu tentang toko merah ini. Apakah sebuah
gedung pertemuan, hotel, atau kantor di zaman dulu?
Toko Merah ini dibangun pertama kali pada tahun 1730 dan menjadi rumah
Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff dan beberapa gubernur
penerusnya. Gedung ini terus beralihfungsi menjadi kampus, hotel, bank, kantor,
sampai terakhir dijadikan sebagai hall untuk konferensi dan pameran.
Selain fungsinya yang terus berganti, ada banyak
cerita horror yang beredar di masyarakat sekitar tentang gedung berwarna merah ini. Menjelang
abad 18 pernah ada peristiwa Geger Pecinan yang menimbulkan banyak korban dari
bangsa Tionghoa di Batavia. Tempat pembantaian mereka dikabarkan berada di sekitar
toko merah ini.
Sampai sekarang, tidak sedikit warga sekitar yang
pernah mengalami kejadian mistis di sekitar Toko Merah. Ada yang pernah melihat
wanita bergaun panjang di dalamnya, mendengar teriakan histeris dan tangisan,
atau suara tentara-tentara tempo dulu.
Setelah membaca cerita ini, kami bersyukur telah
mengunjungi Toko Merah Kota Tua di siang hari, pun hanya di luarnya saja. Entah
apa yang terjadi jika kami masuk tanpa ada petugas keamanan atau petunjuk
yangbisa menyelamatkan jika terjadi sesuatu di dalamnya.
Waaah seruuu JJS (jalan-jalan seram) nya mba Saki.
ReplyDeleteDeg-degan baca endingnya duh... Untung tahunya di rumah ya kak 😆
ReplyDeleteThe content was really very interesting. I am really thankful to you for providing this unique information. Please keep sharing more and more information Best of luck for your next blog.
ReplyDelete토토사이트
파워볼게임
안전놀이터
I do not know what to say really what you share very well and useful to the community, I feel that it makes our community much more developed, thanks. Please write more!
ReplyDelete메이저사이트
파워볼게임
꽁머니
Truck accident attorneys provide invaluable support and guidance to their clients throughout the legal process, offering personalized attention and compassionate representation during what can be a challenging and emotionally taxing time. By leveraging their knowledge, experience, and resources, truck accident attorneys strive to achieve justice and help their clients recover and rebuild their lives after devastating truck accidents. Truck accident attorneys
ReplyDelete