Sunday, 11 July 2021

Pantai Paseban dan Pesona Pasir Besinya

Pantai-Paseban-Kencong-Jember


Jauh dari keramaian kota Jember, di pesisir Selatan, ada pantai Paseban yang memiliki potensi alam luar biasa. Pantai ini cenderung ramai saat liburan tiba, terutama saat libur sekolah, hari raya atau akhir tahun. Selain waktu tersebut, datang ke pantai ini bisa terasa seperti milik sendiri.

Jika diukur dari pusat kota Jember ke pantai ini jaraknya sekitar 52 KM. Saya kemarin sempat berkunjung tanpa melewati Jember kota, karena datang dari arah Lumajang, langsung ke rumah teman di Cakru, desa sebelah Paseban.

Pantai-Paseban-Kencong-Jember


Jalur Menuju Pantai Paseban

Pantai yang terletak di pesisir selatan Kabupaten Jember ini bisa ditempuh dari berbagai arah. Jika Anda datang dari daerah timur seperti Probolinggo, Banyuwangi, atau Jember kota, maka ambillan arah ke Lumajang. Pantai Paseban terletak tidak jauh dari Kecamatan Jombang, Jember yang dilalui jalur utama menuju Lumajang.

Dari jalur utama tersebut ada papan penunjuk arah menuju Pantai Paseban yang mudah dikenali dan diikuti. Sayangnya sampai saat ini tidak ada angkutan umum penuju bibir pantai. Sehingga Anda perlu membawa kendaraan pribadi atau transportasi online untuk menuju pantai ini.

Anda juga bisa melewati jalur selatan Pulau Jawa yang terbentang mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur, tepat di tepi pantai. Keuntungan melintasi jalur ini adalah sangat mudah menemukan banyak pantai eksotis di sepanjang jalan. Kekurangannya, jalur ini cenderung sepi dan jauh dari SPBU. Sebaiknya, jangan melintasi jalur ini di malam hari saat bensin menipis.

Jika Anda datang dari Arah Lumajang, maka arah yang ditempuh adalah menuju Kecamatan Kencong. Silakan manfaatkan Google Map karena tempat ini sudah bisa dijangkau dalam peta dengan mudah. Saran saya, sebaiknya gunakan jaringan Telkomsel karena di daerah ini sinyal dari provider lain sangat kecil.

Tiket Masuk dan Fasilitas

Saat musim liburan tiba, warga Paseban membentuk panitia penyambutan tamu wisatawan dan mengenakan tariff masuk. Biasanya untuk motor mereka kenakan tiket sebesar Rp.5.000,- dam mRp.10.000,- untuk mobil. Sementara saat hari biasa, Anda bisa bebas masuk ke kawasan pantai tanpa tiket karena tidak ada penjaga di sana.

Seperti umumnya pantai, fasilitas yang tersedia di tempat ini adalah toilet, tempat berteduh, dan banyak orang berjualan berbagai hasil bumi warga sekitar atau aksesories. Sayangnya saat bukan musim liburan, pantai ini sepi dari orang berjualan. Mungkin mereka berpikir, pengunjungnya sepi, siapa yang mau beli?

Di ujung sebelah barat, ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang biasanya menyambut nelayan pulang dari melaut. Tempat ini tidak selalu buka, menurut Reni teman saya, biasanya hanya ramai sekitar jam 10 pagi saat nelayan baru pulang dan langsung menjual hasil tangkapan di sini.

Pantai-Paseban-Kencong-Jember


Panorama Alam Pantai Paseban

Salah satu yang paling menarik dari Pantai Paseban Kencong Jember adalah panorama alamnya. Pantai ini memiliki pasir berwarna hitam gelap, hamparan lepas dan beberapa pohon pandan di tepinya. Saat matahari terbit, tampak membelakangi pantai dan muncul dari rimbun pepohonan bakau.

Pengunjung dapat menikmati pantai dengan latar belakang laut lepas dan siluet Gunung Semeru di ujung barat. Ya, Gunung Semeru tampak begitu gagah berdiri dekat dari pantai ini. Reni bilang, untuk menuju lereng Gunung Semeru hanya butuh waktu sekitar 1 jam.



Rencana Penambangan Pasir Besi Paseban

Selain memiliki pemandangan yang eksotis, warga sekitar pantai ini sedang waspada dari ancaman penambangan pasir oleh perusahaan swasta. Seperti yang banyak diberitakan oleh media online Jawa Timur dan situs milik pemerintah Kabupaten Jember, warga Paseban menolak adanya rencana penambangan pasir di pantai.

Penolakan warga ini berjalan mulai tahun 2008 lalu hingga sekarang. Alasannya, mereka tidak ingin ada eksploitasi alam yang berpotensi merusak keseimbangan ekosistem lingkungan dan tempat tinggal. Berbagai sumber di media menyebutkan bahwa tidak ada langkah sosialisasi perusahaan maupun pemerintah pusat atau daerah terkait hal ini.

Sementara menurut sumber terpisah, PT. Agtika Dwisejahtera yang mengaku mendapat izin dari Menteri ESDM untuk menambang pasir besi di Paseban sampai 2023 mengklaim tidak akan menambang secara illegal. Penambangan yang mereka lakukan akan mempertimbangkan keseimbangan dan keselamatan alam sekitarnya.

Penambangan di banyak daerah memang kerap kali harus menghadapi penolakan warga. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur dan pengembangan ekonomi negara membutuhkan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan. Untuk dapat menjembatani kedua kepentingan tersebut tentu diperlukan komunikasi oleh banyak pihak terkait.

Tidak heran jika penambang pasir tertarik mengeruk pasir di kawasan Pantai Paseban. Karena warnanya yang hitam dan teksturnya yang lembut mengisyaratkan tingginya kandungan Fe (besi) di wilayah ini. Mereka beranggapan jika kawasan dengan kandungan besi tinggi tidak baik digunakan sebagai lahan pertanian.

Anggapan ini rupanya dibantah oleh warga sekitar dengan menunjukkan bahwa kawasan pantai juga mampu menghasilkan berbagai macam sumber pangan. Saat saya mengunjungi kawasan pantai ini awal Juli 2021, terdapat hamparan perkebunan semangka yang begitu luas dan berbuah lebat. Selain semangka, di daerah ini juga tumbuh banyak pohon kelapa.

Semoga ke depan, kepentingan perusahaan penambang pasir di Pantai Paseban yang berdalih ingin membangun kedaulatan negeri ini melalui hasil alamnya bisa dipertemukan dengan kepentingan masyarakat. Jika memang hasil akhir penilaian banyak pihak akan lebih banyak menimbulkan kerusakan alam dan kerugian bagi masyarakat, sebaiknya rencana penambangan dihentikan.

No comments:

Post a Comment