Jauh dari keramaian kota Jember, di pesisir Selatan, ada pantai Paseban
yang memiliki potensi alam luar biasa. Pantai ini cenderung ramai saat liburan
tiba, terutama saat libur sekolah, hari raya atau akhir tahun. Selain waktu
tersebut, datang ke pantai ini bisa terasa seperti milik sendiri.
Jika diukur dari pusat kota Jember ke pantai ini jaraknya sekitar 52 KM.
Saya kemarin sempat berkunjung tanpa melewati Jember kota, karena datang dari
arah Lumajang, langsung ke rumah teman di Cakru, desa sebelah Paseban.
Jalur Menuju Pantai Paseban
Pantai yang terletak di pesisir selatan Kabupaten Jember ini bisa
ditempuh dari berbagai arah. Jika Anda datang dari daerah timur seperti
Probolinggo, Banyuwangi, atau Jember kota, maka ambillan arah ke Lumajang.
Pantai Paseban terletak tidak jauh dari Kecamatan Jombang, Jember yang dilalui
jalur utama menuju Lumajang.
Dari jalur utama tersebut ada papan penunjuk arah menuju Pantai Paseban
yang mudah dikenali dan diikuti. Sayangnya sampai saat ini tidak ada angkutan
umum penuju bibir pantai. Sehingga Anda perlu membawa kendaraan pribadi atau
transportasi online untuk menuju
pantai ini.
Anda juga bisa melewati jalur selatan Pulau Jawa yang terbentang mulai
dari Jawa Barat hingga Jawa Timur, tepat di tepi pantai. Keuntungan melintasi
jalur ini adalah sangat mudah menemukan banyak pantai eksotis di sepanjang
jalan. Kekurangannya, jalur ini cenderung sepi dan jauh dari SPBU. Sebaiknya,
jangan melintasi jalur ini di malam hari saat bensin menipis.
Jika Anda datang dari Arah Lumajang, maka arah yang ditempuh adalah
menuju Kecamatan Kencong. Silakan manfaatkan Google Map karena tempat ini sudah
bisa dijangkau dalam peta dengan mudah. Saran saya, sebaiknya gunakan jaringan
Telkomsel karena di daerah ini sinyal dari provider lain sangat kecil.
Tiket Masuk dan Fasilitas
Saat musim liburan tiba, warga Paseban membentuk panitia penyambutan
tamu wisatawan dan mengenakan tariff masuk. Biasanya untuk motor mereka kenakan
tiket sebesar Rp.5.000,- dam mRp.10.000,- untuk mobil. Sementara saat hari
biasa, Anda bisa bebas masuk ke kawasan pantai tanpa tiket karena tidak ada
penjaga di sana.
Seperti umumnya pantai, fasilitas yang tersedia di tempat ini adalah
toilet, tempat berteduh, dan banyak orang berjualan berbagai hasil bumi warga
sekitar atau aksesories. Sayangnya saat bukan musim liburan, pantai ini sepi
dari orang berjualan. Mungkin mereka berpikir, pengunjungnya sepi, siapa yang
mau beli?
Di ujung sebelah barat, ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang biasanya
menyambut nelayan pulang dari melaut. Tempat ini tidak selalu buka, menurut
Reni teman saya, biasanya hanya ramai sekitar jam 10 pagi saat nelayan baru
pulang dan langsung menjual hasil tangkapan di sini.
Panorama Alam Pantai Paseban
Salah satu yang paling menarik dari Pantai Paseban Kencong Jember adalah
panorama alamnya. Pantai ini memiliki pasir berwarna hitam gelap, hamparan
lepas dan beberapa pohon pandan di tepinya. Saat matahari terbit, tampak
membelakangi pantai dan muncul dari rimbun pepohonan bakau.
Pengunjung dapat menikmati pantai dengan latar belakang laut lepas dan
siluet Gunung Semeru di ujung barat. Ya, Gunung Semeru tampak begitu gagah
berdiri dekat dari pantai ini. Reni bilang, untuk menuju lereng Gunung Semeru
hanya butuh waktu sekitar 1 jam.
Rencana Penambangan Pasir Besi Paseban
Selain memiliki pemandangan yang eksotis, warga sekitar pantai ini
sedang waspada dari ancaman penambangan pasir oleh perusahaan swasta. Seperti
yang banyak diberitakan oleh media online
Jawa Timur dan situs milik pemerintah Kabupaten Jember, warga Paseban menolak
adanya rencana penambangan pasir di pantai.
Penolakan warga ini berjalan mulai tahun 2008 lalu hingga sekarang.
Alasannya, mereka tidak ingin ada eksploitasi alam yang berpotensi merusak
keseimbangan ekosistem lingkungan dan tempat tinggal. Berbagai sumber di media
menyebutkan bahwa tidak ada langkah sosialisasi perusahaan maupun pemerintah
pusat atau daerah terkait hal ini.
Sementara menurut sumber terpisah, PT. Agtika Dwisejahtera yang mengaku
mendapat izin dari Menteri ESDM untuk menambang pasir besi di Paseban sampai
2023 mengklaim tidak akan menambang secara illegal. Penambangan yang mereka
lakukan akan mempertimbangkan keseimbangan dan keselamatan alam sekitarnya.
Penambangan di banyak daerah memang kerap kali harus menghadapi
penolakan warga. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur dan pengembangan
ekonomi negara membutuhkan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan. Untuk dapat
menjembatani kedua kepentingan tersebut tentu diperlukan komunikasi oleh banyak
pihak terkait.
Tidak heran jika penambang pasir tertarik mengeruk pasir di kawasan
Pantai Paseban. Karena warnanya yang hitam dan teksturnya yang lembut
mengisyaratkan tingginya kandungan Fe (besi) di wilayah ini. Mereka beranggapan
jika kawasan dengan kandungan besi tinggi tidak baik digunakan sebagai lahan
pertanian.
Anggapan ini rupanya dibantah oleh warga sekitar dengan menunjukkan
bahwa kawasan pantai juga mampu menghasilkan berbagai macam sumber pangan. Saat
saya mengunjungi kawasan pantai ini awal Juli 2021, terdapat hamparan
perkebunan semangka yang begitu luas dan berbuah lebat. Selain semangka, di
daerah ini juga tumbuh banyak pohon kelapa.
Semoga ke depan, kepentingan perusahaan penambang pasir di Pantai Paseban yang berdalih ingin
membangun kedaulatan negeri ini melalui hasil alamnya bisa dipertemukan dengan
kepentingan masyarakat. Jika memang hasil akhir penilaian banyak pihak akan
lebih banyak menimbulkan kerusakan alam dan kerugian bagi masyarakat, sebaiknya
rencana penambangan dihentikan.
No comments:
Post a Comment