Buku “Hai, Anak Cucuku” adalah sekumpulan nasehat dari seorang ulama kepada generasi penerusnya. Tuan A. Hassan adalah pendiri Persatuan Islam atau saat ini terkenal dengan sebutan PERSIS. Beliau hidup antara tahun 1887-1958. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas, teguh pendirian, pekerja keras, sekaligus penyayang kepada orang-orang di sekitarnya.
Tuan A.Hassan juga terkenal sebagai ulama yang mandiri, hidupnya sama sekali tidak bergantung kepada murid atau penguasa. Dalam buku Ini, tertulis nasehat beliau tentang bagaimana seharusnya seorang anak menjalani kehidupan. Perangai apa saja yang harus dijaga, pun dihindari. Bagaimana harus bersikap terhadap sesuatu, mengambil keputusan, atau memilih di antara sekian pilihan.
Tentang Buku “Hai, Anak Cucuku”
Buku “Hai, Anak Cucuku” adalah naskah yang ditulis oleh Tuan A. Hassan dalam sebuah catatan nasehat untuk anak cucunya. Beliau berharap dengan meninggalkan catatan tersebut, anak cucunya hidup sesuai fitrah, sesuai bimbingan Al Qur’an dan Sunnah. Kemudian para penerusnya, termasuk editor yang juga alumnus pesantren Persis Bangil dan pengurus Persis berinisiatif menerbitkannya.
Penerbitan buku ini bertujuan agar semakin banyak generasi muda yang membaca, memahami adab sebelum ilmu, dan mempraktikkan adab dan ilmu dalam beramal. Karena sesungguhnya perkara adab ini sangat penting diajarkan sebelum belajar ilmu. sehingga perkembangan zaman tidak menurunkan kualitas kepribadian.
Dalam beberapa bagian, buku ini bisa dianggap kurang relevan terhadap perkembangan zaman. Hal ini wajar, karena buku ini ditulis sesuai dengan zamannya, sebelum atau sekitar Indonesia baru merdeka. Saat itu belum ada internet, teknologi komputer, bahkan telepon genggam. Tapi sungguh, mutiara nasehat Tuan A. Hassan ini penting dipahami setiap generasi.
Salah satu nasehat beliau:
Bagian Dalam Buku Hai, Anak Cucuku
Membaca buku “Hai, Anak Cucuku”, terasa seperti mendengar nasehat seorang kakek yang bijaksana. Nasehatnya jauh melampaui otak untuk merangkai logika. Jauh melompati hati dari sekadar rasa. Nasehat beliau adalah untaian hikmah yang menjadi jaring-jaring raksasa. Jika saja semua orang memahaminya, akan tenteram dunia dari petaka.
Posting tentang buku lainnya: Takdir Maha Sempurna
Bagian Satu: Perangai Baik
Di bagian satu buku “Hai, Anak Cucuku”, terdapat 55 poin nasehat tentang perangai atau kelakuan baik dan kesopanan. Mulai dari adab terhadap orang-orang terdekat seperti ibu bapak, kakek nenek dan saudara. Hingga tentang nasehat bagaimana menjaga sifat baik seperti jujur, adil, amanat, sabar, hingga syukur.
Pada bagian ini, nasehat tentang perilaku terhadap orang lain yang mungkin berinteraksi dengan kita juga diungkap. Seperti bagaimana bersikap kepada sahabat, siapa yang bisa dijadikan sahabat, perilaku terhadap teman, pegawai, hingga saat berada di tempat umum.
Bagian Dua: Perangai Buruk
Bagian kedua disampaikan tentang adab dan perangai yang buruk, yang harus dihindari dan dijauhi tentu setiap orang tidak lepas dari khilaf atau salah. Sehingga dengannya timbul konflik dengan sesama manusia di masyarakat. Perangai buruk tidak hanya merusak diri sendiri, tapi juga bisa jadi merugikan orang lain .
Perangai dusta, khianat, mengumpat, boros, bakhil, suka membantah, dan 27 perangai buruk lainnya dibahas detil dalam buku ini. Tuan A.Hassan menuliskan keburukan macam apa yang muncul, seandainya perangai buruk itu dipelihara. Lengkap bersama pembahasan bagaimana menghindari atau menghilangkan perangai buruk itu dari dalam diri.
Buku lain: Novel Ayat-Ayat Cinta 2
Bagian Tiga: Perdagangan dan Perusahaan
Di bagian ketiga, terdapat ulasan lengkap bagaimana sikap seharusnya sebagai seorang pengusaha. Seorang pedagang harus tampak bersih di haapan para pembelinya, tempat yang digunakan untuk berjualan juga harus bersih. Setiap orang yang memilih berdagang atau menjalankan usaha harus paham prinsip yang harus dijaga, termasuk menjaga pencatatan keuangannya.
Bagian Empat: Pelajaran, Perkawinan, Kesehatan, dll
Di bagian ini, terdapat beberapa hal yang terlalu kuno jika dibandingkan dengan kemajuan teknologi yang dicapai manusia sekarang. Tapi dari 30 pokok bahasan yang disajikan dalam buku “Hai, Anak Cucuku”, sebagian besar justru seharusnya dijaga baik-baik, namun rupanya sudah hampir sirna dari kehidupan bermasyarakat.
Buku lain: Bidadari Untuk Dewa (novel)
Seperti cara makan, apa yang seharusnya dihindari atau dilakukan saat makan bersama? Bolehkah duduk miring, atau bergoyang-goyang saat makan bersam banyak orang? Bagaimana jika ingin berbicara saat makan? Tanpa memahami ilmu dasar ini, begitu banyak orang yang bertindak kurang sopan saat makan bersama. Lama kelamaan, kebiasaan tersebut dianggap lumrah, lalu anggapan kurang sopan perlahan sirna.
Dalam hal perkawinan, bagaimana memilih jodoh hingga menjalani kehidupan rumah tangga yang tenteram, diajarkan pula oleh ulama ini. Termasuk bagaimana bersikap kepada keluarga pasangan, hak dan kewajiban apa saja yang harus ditunaikan. Agar perselisihan tidak berlarut dan menjadi masalah besar, perlu pula cara komunikasi yang benar dan pemahaman yang sama terhadap suatu perkara.
Novel Pernikahan: The Perfect Husband
Satu hal yang khas dalam buku “Hai, Anak Cucuku” ini, adalah panggilan Tuan A. Hassan kepada pembaca:
“Hai, Anakku!”
Terasa seperti mendengar nasehat kakek yang begitu sayang kepada anak cucunya. Seperti dekat sekali dengan ulama ini untuk mendengar nasehatnya. Sungguh, membaca buku ini seperti sedang dijaga oleh seorang ulama besar untuk bisa bersikap benar.
Judul Buku : Hai, Anak Cucuku!
Penulis : A. Hassan
Editor : Artawijaya
Terbit : Oktober 2020
Penerbit : Al Muslimun
ISBN : 978-623-95024-0-9
Komplit ulasannya. Betah ya nulis panjang²...
ReplyDeleteUntung inget capek... jadi segitu aja wkkwkw
Delete