Sepi itu menyergap
Meniadakan gemerisik dedaunan
Melenyapkan bau asap
Sementara fajar masih di peraduan
Anyir menusuk penghiduan
Mayat bergelimpangan
Raut wajah mereka penuh tanda tanya
Apakah kematian adalah sebentuk pengorbanan
Pengorbanan atas apa?
Jasad tanpa nyawa itu bukan tentara
Hanya ketulusan hati yang mereka punya
Sebakul nasi, penyambung nyawa para pembela agama
Tak jauh dari sisa arang perkampungan dan bara yang menyala
Semak belukar tampak meredam dendam
Di baliknya, tubuh renta itu tak lagi bernyawa
Menyisakan kepedihan, mati dalam kesendirian
Perang ini belum usai
Dan mungkin tak pernah benar-benar usai
Agama yang kami bela untuk jadi satu negara
Telah menjadi senjata pengacau bangsa
Skenario macam apa yang sedang menari di bumiNya?
Batas pengkhianatan dan kesetiaan hanya setipis benang
Penguasa dan pemberontak hampir tiada beda
Legalitas hukum tak punya kekuatan I negara yang baru merdeka
Lingkar tanah lingkar air
Menggantung keadilan
Mencatat dendam dan pengkhianatan
Mewangikan darah para syuhada
Jombang, 11 Maret 2021
Puisi ini disadur dari buku Lingkar Tanah Lingkar Air Karya Ahmad Tohari
Keren puisinya mbaak... Aku pingin juga baca buku karya Ahmad Tohari ini...
ReplyDeleteSini baca bukuku boleh 🥰
DeleteAhmad Thohari juga, aku baru mau baca yang senyum karyamin ini :)
ReplyDeleteSenyum karyamin ditulis sebelum buku ini kayanya... terbitnya duluan
DeleteBagus puisinya Kak Saki...
ReplyDeleteApakah kematian adalah sebentuk pengorbanan, kalimat ini membuatku berpikir, apakah memang begitu?
Di kisah ini... Tokohnya menganggap begitu 😔
Delete"Batas penghianatan dan kesetiaan hanya setipis benang"
ReplyDeleteUh puisi ini menyentuh jiwa mengobrak-abrik kesadaran hingga ke akarnya. Pesannya begitu dalam Kak Saki :'
Sukka~
Dalam kaya sumur ya 🤭
DeleteBelum baca buku yang ini, saya suka puisinya Mbak Kifa.
ReplyDeleteMakasih Kak sudah mampir.. ☺️
DeletePuisinya bikin aku lebih sadar tentang keadaan sekarang..
ReplyDeleteRelated ya Kak 😁
DeleteLihat dari puisinya kayaknya bukunya bagus nih
ReplyDeleteCoba baca kak... Review nya dulu juga boleh tuh di sebelah 😁
DeleteWow lah
ReplyDeleteDiksinya bagus mbak saki, aku belum pernah membaca karya Ahmad Tohari,jadi pingin baca
ReplyDeleteBagus² Bu... Coba deh ☺️
DeleteBerat nih sepertinya Buku Ahmad Tohari ya kak. Btw puisinya bagus.
ReplyDeletebaca review bukunya, trus lanjut ke puisinya, relate banget benang merah di keduanya. Keren kak Saki
ReplyDelete