Sunday, 28 February 2021

Be Strong Girl, Allah Selalu Sayang Padamu

 

Be strong girl

“Be strong, please… Allah selalu sayang padamu, dek…”

Hari ini, pengen banget rasanya melesat ke Jakarta, memeluknya, memastikan hatinya baik-baik saja. Catatan kecil ini kutulis khusus untuk adek perempuanku tersayang: Chealsea Cahya Najiyah. Gadis kecil yang harus kehilangan dua orang tua sekaligus sejak pandemi.

Baru 13 tahun usianya. Tanggal 13 September 2020 lalu, papahnya (Omku) pergi melepas rasa sakit yang selama ini menyerang tubuhnya tanpa ampun: DM Type 2 komplikasi. Allah lebih sayang beliau. Tanggal itu, sehari sebelum ujianku. Dunia serasa runtuh, karena kepergian Om berarti luka mendalam untuk dua permata hatinya.

Kepergian Om, merupakan luka kehilangan untuk kakak perempuannya: ibuku. Sampai hari ini, diam-diam ibu masih sering menangis, ingat percakapan terakhir dengan sang adik dan semua kenangan kedekatan mereka. Beberapa hari sebelum meninggal, ibu memang sempat menghubungi Om.

Semangatnya untuk sembuh masih menyala. Tapi tubuh dan suaranya tak lagi senada. Kami merasa, telepon terakhir itu adalah sinyal kepergiannya telah begitu dekat. Air mata ibu sulit terhenti setiap teringat semua itu.

Selama ini, Om dan Tante adalah orang tuaku di Jakarta. Dari mereka aku belajar banyak hal. Termasuk belajar memahami bahwa Jakarta sesungguhnya tidak lebih kejam dari Ibu tiri. Hanya penghuninya yang harus pandai menyesuaikan diri. Dengan perubahan zaman, dengan kemajuan teknologi, dan harus pandai meredam ambisi.

Karena ambisi yang tidak terkendali, di kota metropolitan yang hampir tidak pernah tidur itu, bisa menghancurkan diri sendiri sampai tak bersisa lagi. Kepergian Om saat aku sudah di rumah juga merupakan peringatan. Bahwa dua buah hatinya adalah tanggung jawab kami, keluarga ayahnya.

Rasanya, aku bahkan tidak bisa menganggap Najiyah dan Angga sebagai sepupu. Mereka adalah adik sebenarnya. Kami pernah dididik dan tumbuh di rumah yang sama. Lalu apa bedanya mereka di sana dan aku di sini? Tidak ada. Kami tetap saudara dekat. Yang jauh hanya jarak.

Dan hari ini, kakek (ayah dari Tante) harus pergi. Allah memanggil Baba Aji. Telah tuntas bagian rezekinya. Telah lunas semua tanggung jawab amalnya. Meski untuk percaya bahwa beliau tiada masih sulit rasanya. Seminggu setelah meninggalnya Om, kami ke Jakarta dan bertemu Baba Aji masih dalam keadaan sehat dan semangat. Kabar kepergian ini begitu tiba-tiba.

Tapi siapa bisa melawan kehendakNya? Tidak, tidak seorang pun bisa. Semoga Allah menempatkan Om dan Baba Aji di tempat terbaikNya. Semoga tidak ada lagi rasa sakit yang harus mereka derita. Semoga di kehidupan abadi, taman-taman surga penuh bunga dan kenikmatan membersamai mereka.

Sementara untuk adikku, Najiyah, be strong please?

Allah tak pernah salah menimpakan ujian. Tak akan pernah beban ujian itu melampaui batas kemampuan. Kau boleh mennagis, kapanpun kau mau. Kau boleh bersedih, sebatas untuk meluapkan emosi. Sungguh, rindumu pada papah yang berhias doa adalah sebaik-baik limpahan pahala untuk papah di sisiNya.

Dek, jika di usiamu yang belum 17 tahun engkau merasa sudah harus menanggung beban hati yang kau rasa berat, maka jangan menyerah. Karena itu berarti engkau harus bersiap untuk ujian yang lebih hebat. Layaknya sekolah, setiap ujian jadi penanda bahwa seorang siswa layak naik ke tingkat yang lebih tinggi, bukan?

Begitu pula ujian kehidupan. Ia adalah penanda, bahwa penerimanya sudah harus naik level kedewasaan, keshalihan, keteguhan hati, sekaligus kesuksesan. Maka jangan bersedih dengan ujian. Bersyukurlah, dan ingat bahwa ujian adalah salah satu tanda kasih sayangNya.

Jangan khawatir tidak bisa menyelesaikan ujian itu. Yakin aja dulu, insya Allah cara menyelesaikannya akan terbuka. Dengan kekuatan doa dan usaha, tidak ada yang mustahil di dunia. Ingat, kau selalu punya orang-orang yang siap mendukungmu menjadi lebih baik, sayang.

Jangan khawatir tentang masa depan. Karena sesungguhnya rezeki setiap hamba ada dalam jaminanNya. Dia yang Maha Kaya, Maha Sempurna dengan segala rencanaNya. Tidak ada daya dan upaya, kecuali atas kehendakNya. Maka apa yang perlu kita khawatirkan di bawah langit kuasaNya? Tidak ada.

Sayang, be strong ya?

Tetaplah jadi gadis yang kuat, yang baik hati, yang pemaaf, yang selalu bisa melihat sisi positif dari setiap peristiwa. Papah memang telah tiada. Baba Aji juga sudah benar-benar pergi. Tapi darah mereka yang mengalir dalam tubuhmu akan terus hidup bersamamu.

Maka peliharalah sifat-sifat baik yang mereka ajarkan. Agar kebaikannya juga sampai pada mereka. Bukankah sebaik-baik amal jariyah salah satunya adalah anak yang shalih dan shalihah? Semoga kita bisa menjadi anak-anak terbaik untuk orang tua kita.

Related Post: Cara Menerima Takdir Maha Sempurna di Tengah Ketidaksempurnaan Rasa

Dek, be strong please

Maafkan mbak yang belum bisa memelukmu saat ini. Juga tante, semoga kalian selalu dalam lindunganNya. Insya Allah, bulan depan saat ada agenda yang harus kuselesaikan di sana, kusempatkan mampir ke Kalisari. Doakan semua urusan kita berjalan lancar, ya?

Biarlah jarak kita membentang sementara. Asal doa-doa kita saling menjalin ke ArsyNya. Saling menguatkan dan melimpahi kebaikan. Biarlah sementara ujian demi ujian datang terus menempa diri kita. Semoga dengan ujian-ujian itu, dihadirkanNya kebaikan yang lebih besar dan keberkahan untuk masa depan.

Salam kangen dan sayang untukmu, selalu.

Salam takzim kutitipkan untuk Tante, semoga kuat selalu.

Sampai jumpa di kesempatan yang lebih baik, insya Allah.. semoga segera kita kembali dipertemukanNya.

No comments:

Post a Comment