Friday, 5 February 2021

Menikmati Sensasi Jurrasic Park di Gunung Purba Nglanggeran

Puncak Nglanggeran


Geopark Gunung Purba Nglanggeran

Tak perlu jauh-jauh ke Hawai untuk menikmati sensasi film menegangkan. Membayangkan tiba-tiba dinosaurus muncul dari balik pohon, atau menerobos pekatnya hutan yang rimbun, bisa kita lakukan di Indonesia. Ya, Taman Batu Ngalnggeran. Atau biasa disebut juga dengan Gunung Purba Nglanggeran. Terletak tak jauh ke sebelah selatan dari kota Yogyakarta.

Yogyakarta, kini semakin mempesona dengan wisata alam. Memang perlu waktu sekitar 30 menit dari pusat kota Yogyakarta untuk mencapai tempat ini. Dan sebenarnya, taman batu Nglanggeran sudah masuk wilayah kabupaten Gunung Kidul. Untuk mencapai tempat ini, kita hanya perlu menyusuri jalan Jogja- Wonosari. Hingga masuk kecamatan Piyungan, jalan mulai menanjak memasuki wilayah pegunungan sewu sebagai pertanda masuk wilayah kabupaten Gunung Kidul.

Jalan Jogja – Wonosari merupakan jalur utama menuju kabupaten Gunung Kidul dari arah Kota Yogyakarta. Saat jalanan mulai naik masuk pegunungan, kita akan disuguhi hamparan luas kota Jogja disamping kanan sepanjang jalan sampai masuk kecamatan Patuk. Jika kita melintasi jalanan ini dimalam hari, maka hamparan kota Jogja berubah wajah menjadi seperti taburan bintang. Seolah hamparan bintang di langit terpantul sempurna di bawah sana.

Jalan berliku dan sedikit menanjak layaknya jalan di daerah pegunungan lain. Namun cukup aman selama kondisi mesin kendaraan yang kita naiki cukup baik dan pengemudi mematuhi aturan lalu lintas. Kemacetan jarang terjadi kecuali ketika musim liburan atau ada kendaraan yang mogok ditengah jalan. Tanjakan paling ekstrim hanya ada ketika masuk wilayah kecamatan Patuk, karena diikuti dengan belokan yang cukup tajam sehingga para pengemudi diharap berhati – hati saat melintasi wilayah ini.

Tidak banyak persimpangan jalan, sehingga pengemudi tidak perlu terkecoh. Hanya dengan mengikuti jalur utama hingga sampai Kali Oyo (sungai oyo), disana ada pertigaan serong ke kiri dan lurus. Sebenarnya kedua jalan ini akan bertemu lagi di ujung. Namun untuk menuju Nglanggeran, kita perlu mengambil jalan ke kiri yang merupakan jalur satu arah. 

Papan Arah Menuju Gunung Api Purba


Ada banyak papan petunjuk di sepanjang jalan yang disediakan pemerintah kota untuk mencegah wisatawan nyasar. Sampai bertemu papan petunjuk berikutnya, di sebuah pertigaan setelah jalan menanjak kita perlu belok ke kiri. Dari sini, taman batu gunung purba masih sekitar 4 hingga 5 KM lagi. Sekitar 5 menit perjalanan dengan kendaraan dengan selalu mengambil jalur sebelah kiri.

Ada dua tujuan wisata utama di Nglanggeran. Yaitu gunung api purba atau taman batu, dan embung (sebuah waduk raksasa yang ada di ketinggian untuk menampung air). Foto diatas diambil dari ketinggian puncak utara gunung api purba, dari sana pemandangan bebatuan dan embung bisa kita nikmati.

Sampai di gerbang wisata gunung api purba Nglanggeran, kita perlu parkir kendaraan dan membayar tiket masuk sebesar Rp. 7000,- per orang. Sedangkan untuk parkir kendaraan roda dua sebesar Rp.2000,- per motor dan Rp. 5000,- per mobil. Setelah memastikan kendaraan aman kita bisa memulai pendakian dari arah kanan pos retribusi atau gerbang sebelah timur. Disinilah petualangan kita mulai.
Perhatikan jalur pendakian agar tak tersesat di dalam hutan yang gelap :-P

Ada baiknya membawa banyak teman atau keluarga saat menikmati petulangan di taman batu ini. Selain akan mengurangi rasa lelah di sepanjang jalan, mereka bisa membantu kita mengusir rasa takut tersesat. Toh kalaupun tersesat dengan banyak teman akan lebih mengasyikkan dibanding tersesat sendirian kan?

Perjalanan ke puncak dengan kecepatan normal berjalan kaki akan sampai dalam 40 – 45 menit. Namun jika kita menikmatinya sambil bersantai, berfoto ria dan menikmati pemandangan dari ketinggian maka perjalanan akan memakan waktu hinga 90 – 120 menit untuk sampai ke puncak.

Bagaimana mungkin tidak ingin berfoto ria, jika pemandangan yang tersedia begitu mempesona? Ada hamparan luas hutan, puluhan tower pemancar yang berdiri berdekatan dan persawahan terasiring yang indah di bawah sana. Disamping kanan dan kiri berdiri bebatuan besar yang mencuat dari permukaan bumi, seolah mereka ditata berbaris disana. Semakin jauh masuk ke dalam hutan, semakin penasaran kita dibuatnya. Pemandangan apa yang menanti di depan?

Saat musim kemarau baru pergi kemarin, hujan belum banyak turun dan udara masih terasa panas menyengat. Tapi di tepi salah satu gunung batu kita bisa menikmati suara hujan yang turun. Gemericik suara air yang menetes di bebatuan seolah bercerita bahwa mereka berada disana sepanjang masa.
Tak lama kemudian, jalan didepan seolah buntu. Hanya ada dua gunung batu yang menjulang tinggi. Tapi sebuah papan petunjuk mengatakan bahwa jalur selanjutnya adalah melewati celah kedua gunung tersebut!

Cukup mengerikan membayangkan jika ditengah celah nanti, tiba-tiba kedua gunung tersebut merapat! Lalu kemana kita bisa lari? Celah batu itu sempit, gelap, pengap dan basah sehingga hanya cukup dilalui seorang. Seandainya dari depan ada yang mau lewat, maka salah satu haru mengalah berjalan mundur. Tapi sepertinya di depan sepi, hanya suara tawa dan keramaian anak kecil bergurau di sisi gunung yang lain.

Setelah berhasil melalui celah sempit tu, rasanya lega bisa kembali menghirup udara segar dan suasana terang. Beberapa langkah kemudian, ternyata masih ada celah serupa yang menanti! Kali ini jalanan lebih ekstrim karena selain celah batu, kita juga harus melintasi tangga kayu untuk sampai di atas!
Jika hujan turun, bisa dipastikan tangga kayu ini licin dan berlumur tanah. Sehingga jangan terlelu mengharapkan pakaian tetap bersih sesampainya diatas nanti ya.

Hufft, lelah berat dan keringat di sepanjang pendakian sebelumnya terbayar lunas saat mendapati keindahan pemandangan diatas. Sejuk, segar dan benar-benar bersih rasanya udara disini. Hutan yang masih terjaga dan perbukitan batu ini rupanya menyaring udara yang ada hingga benar-benar menenangkan. Jauh dari keramaian kota dan asap kendaraan. Jauh dari gemuruh pabrik dan bising suara mesin. Foto berikut ini hanya sebagian kecil dari pemandangan yang bisa dinikmati. Disudut yang lain, masih banyak pemandangan yang layak diabadikan.

Tapi perjalanan bukan berakhir disini. Masih ada puncak yang lebih tinggi di sebelah kiri. Istirahatlah sejenak, lalu lanjutkan perjalanan dan nikmati hari!

Menuju puncak tertinggi, kembali kita harus menyelami hutan. Jangan khawatir lagi tersesat, karena ada banyak papan petunjuk arah di dalam sana. Setiap papan petunjuk itu juga berisi pesan agar kita turut menjaga lingkungan. Kita tidak boleh mengambil apapun yang ada dihutan itu kecuali foto, dan tidak boleh meninggalkan barang apapun, kecuali jejak.

Untuk mengusir rasa lelah pengunjung, ada pula papan yang berisi pesan agar tetap tersenyum di sepanjang jalan. “kawasan wajib senyum” kata papan tersebut.

Perjalanan menembus hutan harus tetap berlanjut. Meski harus terkecoh dengan beberapa persimpangan. Lalu menapaki tanah yang basah, karena tak mungkin kan pepohonan itu tumbuh diatas batu? Dan menaiki tangga kayu serupa dengan di sumpitan batu tadi, namun kini berada di alam terbuka, akhirnya kita bisa menikmati keindahan puncak Nglanggeran.

Kebetulan sekali, saat saya sampai disana, bersamaan dengan Miss Mara dan Mr. George. Wisatawan asal Kanada. Nah, yang dari kanada aja sudah sampai kesana, kamu kapan? Eh, atau kita barengan ya? Siaplah jadi guide, nanti ku tunjukkan tempat lain tak jauh dari tempat ini, tapi tak kalah mempesona. Karena sesungguhnya, tanah air kita tercinta ini sangat kaya akan pesona. Dengan tetap menjaga prokes yaa..

Jalan Turun Yang Berbeda


Eits, tapi dari puncak ini, kita tak akan kembali turun melalui jalur semula. Ada jalur khusus yang disediakan bagi yang berhasil mencapai puncak tertinggi. Berjalan ke arah barat, berputar mengelilingi pegunungan batu dan turunan yang cukup terjal. Nah disinilah pentingnya menggunakan alas kaki yang aman dan nyaman. Sekedar saran, jangan gunakan high heels untuk menapaki gunung purba ini kalau tak ingin kaki lecet atau alas kaki yang tutup usia. 

Tenang, meskipun terjal jalur penurunan cukup aman karena sudah disediakan pagar pembatas yang berfungsi mencegah kecelakaan. Selain itu pagar pembatas berfungsi sebagai pegangan agar para pendaki tak tergelincir. Diujung jalur penurunan adalah rumah penduduk yang banyak ditanami kakao dan durian. Hati hati dan tetap jaga diri yaa...

No comments:

Post a Comment